Kota
merupakan suatu tempat bagi berbagai macam kehidupan manusia, mulai dari segi
ekonomi, sosial, dan budaya yang sangat komplek. Sebgai suatu wadah yang sangat
komplek ini haruslah memiliki tata ruang kota yang nyaman dan aman. Sebuah
rencana sangtlah penting untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan, kegagalan
maupun keberhasilan dalam merancang tata ruang kota. Sebelum kita melihat
kota-kota di Indonesia saat ini alangkah indahnya jika kita mengetahui seperti
apa dulunya kota kota yang sekarang berkembang pesat ini. Yuk nostalgia sama mimin...
:D Sebelum nostalgia, mimin ingatkan dulu ya... jangan menganggap sejarah
membosankan, jika kita tak tahu sejarah pasti akan sedikit susah untuk
berbicara masa depan... :D
Pertanyaan
yang sangat mendasar mengenai kota adalah kapan sih kota itu muncul? Menurut
Basundoro (2012:19) munculnya kota sekitar 3500 SM atau 4000 SM. Kota tertua
ini muncul di daerah Irak bagian Selatan. Munculnya kota biasanya dikaitkan
dengan desa, yaitu bahwa kota merupakan konsekuensi logis dari perkembangan
sebuah desa. Pada awalnya kota-kota merupakan desa dan tempat bermukim para
petani. Dengan dimulainya budaya bercocok tanam, orang orang mulai menetap di
wilayah tertentu yaitu desa, mereka saling berhubungan, berkomunikasi dan
hingga akhirnya melahirkan akumulasi pengetahuan yang melahirkan kota.
Di
Nusantara yang sekarang disebut Negara Kesatuan Republik Indonesia awal mula
kota sudah ada sejak zaman kerajaan. Terbentuknya kota-kota tak lepas dari
adanya permukiman-permukiman di daerah-darah nusantara, daerah-daerah tersebut
ada yang menjadi Kota karena dorongan tertentu. Dorongan itu bisa berupa adanya
interaksi dari dunia luar. Menurut Wiryomartono (1995:15) di Jawa konsep awal
tentang kota mengacu pada konsep negara
dan kuta atau khita. Konsep negara pada
zaman Mataram mengacu pada pusat kekuasaan di mana raja bertempat tinggal.
Keraton tempat tinggal raja beserta kerabatnya berada dalam titik lingkaran
inti yang disebut negara. Di dalam
lingkaran negara ada tempat tinggal abdi dalem, bangsawan dan kerabat raja,
atau dalam negara yang modern disebut dengan kawasan aparatur birokrasi negara.
Istilah negara biasa disebut dengan kuta
atau khita sehingga muncul kuta gara atau kuta negara.
Dewasa
ini kita sering mendengar atau mendefinisikan kota tua atau kota lama karena
didalamnya terdapat bangunan gedung gedung ber-arsitektur Eropa, seperti di
Jakarta ada Kota lama yang berada dikawasan museum fatahillah dan di Malang ada
di daerah Jl. Idjen Boulevard, Gereja Kayu Tangan. Padahal lebih tepatnya kota
lama sudah ada sejak zaman kerajaan. Menurut Basundoro (2012:41) temuan
arkeologis yang menunjukan adanya kawasan yang bisa dikategorikan sebagai kota lama
antara lain di Trowulan yang disinyalir merupakan ibu kota Kerajaan Majapahit,
Banten yang merupakan ibu kota Kerajaan Bnaten, Kotagede yang merupakan ibu kota
Kerajaan Mataram awal. Ada juga kawasan yang di anggap sebagai kota lama namun
tidak menyisakan reruntuhan atau sisa arkeologis seperti misalnya ibu kota Kerajaan
Singhasari.
Indonesia
dahulu pernah diduduki orang Belanda, dalam Sejarah Nasional Indonesia disebut
dengan masa Kolonial. Di masa inilah awal mula tata ruang kota kolonial, adanya
bangunan-bangunan ber-arsitektur Eropa khusunya Belanda dan dianggap sebagai
fase baru kota di Indonesia. Basundoro (2012:85: menyebutkan kota kolonial
pertama adalah Batavia yang di bangun pada 1619.
Pembangunan
kota Batavia pun tak serta merta dibangun hal ini juga melalui proses yang lama
terhitung dengan pertama kali kedatangan Belanda di Batavia atau Jayakarta.
Kedatangan pertama Belanda di Batvia pada tahun 1596 bertujuan untuk berdagang,
meraka membangun gudang gudang kayu dan mengembangkan bisnis perdaganganya.
Semakin lama perdagangan Belanda mengaami kemajuan dan secara otomatis orang
Belanda bisa desebut sebgai bangsawan karena memiliki usaha dagang yang maju
dan banyak terdapat gudang-gudang sekaligus benteng. Menurut Basundoro
(2012:87) Kedudukan orang Belanda semakin kuat karena diangkatnya Jan
Pieterszon Coen menjadi Gubernur jendral pada tahun 1618. Hanya sela setahun
mereka sudah bisa menguasai Batavia dan tahun 1619 membangun Kota kolonial
pertama yaitu kota Batavia.
Berawal
dari kota Batavia untuk kota pertama kolonial, Belanda semakin kuat pengaruhnya
di Indonesia akhirnya banyak kota kota tersebar bangunan Belanda. Nama nama
perencana (Planer) dari Belanda yang identik dengan kota adalah C. Citroen yang
merupakan perancang kota Surabaya, Scoemaker yang membangun Kota Bandung, dan
Herman Thomas Kartsen yang merancang dan membangun Kota Malang dan Semarang. Tata
ruang kota kolonial, memiliki ciri yang hingga sampai saat ini kita masih bisa
melihat sisa-sisa hasil dari perencanan kota kolonial. Cirinya tata ruang kota
berbentuk kotak kotak yang memisahkan antar etnis, misalkan saja kawasan
pecinan Chinese kamp yang berpenghuni adalah etnis China, Arabisceh kamp
berpenghuni etnis Arab, kawasan melayu Malaise Kamp yang berpenghuni orang
melayu dan kawasan orang orang Eropa sendiri khususnya Belanda, sedangkan Bumi Putra
tercecer di sisa sisa lahan kosong.
Kita
bisa melihat kawasan kawasan bekas perencanaan kota kolonial, misalnya di
Surabaya dan di Malang. Di Surabaya daerah kawasan wisata ziarah Sunan Ampel
masih didominasi oleh etnis Arab atau keturunan Arab. Menuju kesebelah selatan
kota Surabaya yang sering disebut sebagai kota pendidikan dan kota bunga yaitu,
Kota Malang. Pada masa kolonial, tata ruang kota yang dirancang oleh Herman
Thomas Kartsen pun tidah jauh berbeda dengan kota kota yang dirancang orang
Belanda adanya pemisahan atau kotak-kotak berdasarkan etnis. Hasil dari tata
ruang kota kolonial pun sampai saat ini masih bisa kita lihat misalnya di
daerah Pecinan masih didominasi oleh orang-orang cina dan Tionghoa.
Kota Batavia Tahun 1650 Sebagai Kota Modern Pertama Di Nusantara (sekarang NKRI). Sumber: Donal Maclaine Campbell, Java: Past and Present, (London: William Heinemann,1995) (dalam Basundoro, 2012:92). |
Daftar pustaka
Basundoro,
Purnawan. 2012. Pengantar Sejarah Kota.
Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Wiryomartono,
A.B.P. 1995. Seni Bangunan dan Seni
Binakota di Indonesia: Kajian Mengenai Konsep, Struktur, dan Elemen Fisik Kota
Sejak Peradaban Hindhu-Budha, Islam hingga Sekrang. Jakarta: Gramedia.
Penulis:
Irfan City Care
0 komentar:
Posting Komentar